top of page
  • Writer's pictureStanislaus Yangni

SuRRéalisMe & PsycHoanalySis

Unpublished, unfinished draft, first episode on surrealism




Everything leads us to believe there exists a certain point in the mind where life and death, real and the imaginary, the past and the future, the communicable and the uncomunicable, the high and the low, cease to be perceived as contradictory.

André Breton

Surealisme. sur réalisme. Surealisme adalah sejarah kegelisahan. Berbicara tentang surealisme adalah berbicara tentang harapan dan kenyataan, mimpi apollonian sekaligus hasrat dyonisian, dialektika kekuasaan borjuis dan proletar, kesadaran dan ketidaksadaran. Surealisme adalah wilayah abu-abu, kontradiktif, revolusioner.


Istilah surealisme banyak digunakan dalam bidang seni, khususnya seni rupa dan puisi. Istilah ini muncul dan berkembang pesat sekitar pertengahan perang dunia pertama (1919), dan muncul sebagai aliran kritis terutama pada masa perang dunia kedua (1889-1945). Di tengah ramainya Hitler dengan Nazi-nya, Mussolini dengan Fasis-nya, surealisme menjadi seperti ‘sublimasi’ atas kecemasan yang melanda kelompok-kelompok marginal di jaman itu. Surealisme lahir karena pemberontakan dan kegelisahan sebagian seniman yang merasa ekspresinya disensor oleh kelompok dominan. Mereka, kelompok seniman itu, ingin bermain-main dengan ekspresi bebasnya tanpa merasa ‘terganggu’ dengan aturan main kelompok yang berkuasa. Dan surealisme berhasil memberi ruang itu, “Surrealism found a place where contradictory thoughts might not serve as dichotomies” (Stangos)[i].Pada masa awal ini para seniman belum memiliki sasaran khusus atas aktivitas ekspresifnya itu.


Perkembangan Surealisme


1. Periode Awal, Masa Suram PD I dan II


DadadanDadaisme. Perkembangan surealisme dipelopori oleh sekelompok seniman yang menganut alirandada, dadaisme. Dadaberasal dari Bahasa Prancis, dada, sebuah kata yang sering diucapkan oleh anak-anak untuk menyebut ‘horse’ (kuda). Sekitar tahun 1916 dan 1920, aliran ini dijiwai oleh semangat Nihilisme Nietzsche, pesimisme Schopenhauer, dan eksistensialisme Sartre, sampai kemudian nanti berkembang melalui jalur sosialis-komunis Marx dan teman-temannya. Dadamuncul pertama kali di Zurich, Switzerland tahun 1916. Dadaadalah sekumpulan orang (dadaist) yang bereaksi menentang perang dan tradisi. Kelompok ini sering disebut dengan Cabaret Voltaire (dari nama yang dikenal untuk menyebut sebuah bar (café) kecil di Spiegelstrasse, tempat mereka sering bertemu). Cabaret Voltaire memiliki perhatian pada perkembangan seni musik dan puisi. Mereka menyusun strategi kekuasaan untuk melawan seni borjuis. Dalam bidang seni rupa, pada awalnya kelompokdadaistini dipengaruhi oleh aliran kubisme dan futurisme[ii].


Pemberontakan.Permulaan Dada, seperti disebutkan Tristian Tzahra, adalah bukan permulaan dari seni, melainkan pemberontakan, “the beginnings of dada were not the beginnings of art, but disgust”[iii].Tristian Tzahra selaku pimpinan Dadadan mengembangkan dadadalam bentuk majalah yang dipublikasikan tahun 1918. Dalam majalah itu terlihat filosofi dadayang berbau pertentangan, anarkisme, negativitas, dan absurditas. Pada masa-masa awal dadatampak seperti ‘luncuran kemarahan dan kekecewaan kelompok marjinal terhadap kelompok borjuis.


Setelah ‘abad gelap’ Dadayang diwarnai oleh anarkisme, pesimisme dan nihilisme, Dada kemudian muncul dalam bentuk yang lebih optimis dan memiliki tujuan. André Breton, salah seorang Dadaist, mulai mengawali ‘pencerahan’ Dada. Breton melihat potensialitas Dada, dan mulai mengisinya dengan arah yang jelas. Ia sepakat dengan Maurice Barrés untuk memberi kejelasan Dada sebagai, “Crimes against the Security of the Human Spirit”[iv]. Dada kemudian bergeser fungsi, dari fungsi yang hanya sekedar ekspresif dan memberontak menjadi fungi politis, kritis dalam mengamati isu-isu politis. Akhirnya di Paris, pergerakan kelompok Dada menemukan nama baru yang dirumuskan rinci oleh Breton dalam Manifeste du Surrealisme: Surealisme.


Istilah surealisme muncul karena seorang penyair Perancis (1880-1918), Guillaume Apollinaire. Ia menggambarkan surealisme seperti dalam karyanya, parade(1917), yang dikatakan sebagai sebuah bentuk dalam ‘mangatasi realitas’, (sur-réalisme), dan menjadi kunci lahirnya semangat baru (l’esprit nouveau).


2. Pencerahan: La Révolution surréaliste.


Setelah melewati berbagai revolusi di perang dunia I, Manifeste du Surrealisme(1924), yang diwarnai dengan kondisi akhir perang dunia pertama (sekitar tahun 1920-an), menjawab sebuah pertanyaan dasar, “how shall I be free?” dengan kembali pada karakter Dadaismeyang lebih ditata. Surealisme sebagai medium ekspresi sudah menjawab pertanyaan itu melalui automatismdan penggunaan mimpi-mimpi yang dimanifestasikan dalam karya seni. Ekspresi spontan dan simpel dalam sebuah karya selanjutnya dapat disebut automatim.


Automatismmerupakan sebuah cara untuk menggali ekspresi terdalam manusia, ketidaksadaran, “for the automatism was the most perfect means for reaching and tapping the unconcious” (Stangos, 125). Keadaan ini dipengaruhi juga oleh Breton, yang waktu itu berteman dengan Comte de Lautréamont (dengan bukunya Chants de Maldoror). Breton tertarik dengan psikoanalisis Freud tentang dunia ketidaksadaran dan mimpi manusia. Ekspresi bebas dalam menciptakan sebuah karya merupakan jalan untuk menemukan kedalaman seseorang (seperti metode asosiasi bebas yang dipakai Freud). Oleh karena itu, surealisme memusatkan perhatian pada seni anak-anak, orang gila dan berbagai seni primitif (sebagai simbol ketidaksadaran, Id (Freud), Real dan imajiner (Lacan)).


La Révolution surréaliste.Seperti dalam Dada, Breton juga mengembangkan surealisme melalui sebuah media, La Révolution surréaliste. Isu-isu dalam La Révolution surréalistelebih bertujuan untuk mengembangkan kesenian sebagai kesenian, sekaligus sebagai ilmu yang bermanfaat bagi masyarakat. Melalui isu-isu pokok yang ditampilkan dalam edisi jurnal itu dapat dilihat perkembangan pemikiran bidang surealisme. Isu-isu pertama dan kedua masih seputar penegasan atas tema dan spirit surealisme. Isu ketiga (April 1925) dimulai dengan kalimat profokatif, “End of the Christian Era”. Di sini para surealis menentang penekanan, perbudakan dan moralitas borjuis. Dalam isu keempat, La Révolution surréalistemenjadi lebih berbau politik dengan pernyataan pro-komunis. Isu yang cukup signifikan juga dinyatakan dalam jurnal Desember 1926 (isu kedelapan), di mana para surealis seakan terhipnotis oleh hasil kerja Marquis de Sade, yang menulis tentang penyimpangan seksual. de Sade dianggap sebagai ‘cermin’ dalam memaknai kembalinya manusia pada masa primitif (ketidaksadaran)nya. Kemudian isu ini memperngaruhi isu-isu selanjutnya, sembilan, sepuluh, sebelas. Dalam isu yang ke-11, para surealis mulai tertarik pada seksualitas sebagai penelitian ilmiah, terutama seputar penyimpangan seks. Isu ke-12 adalah isu terakhir, di mana Breton menampilkan “Second Surrealist Manifesto” dalam merumuskan kembali arah politis para surealis, "Surrealism tends basically to provoke, from a moral and intellectual point of view, a crise de conscience of a most general and serious nature and the achievement or non-achievement of that result alone can determine its historical success or failure.". kemudian pada masa ini surealisme berbaur dengan Marxisme. "Surrealism turns from the psychological to the political sense of the word image; it replaces representational images with comparative images."


Selanjutnya, isu surealisme muncul dalam buletin Minotaure. Buletin ini dianggap lebih efektif dan ‘samar’ dalam menampilkan protes sosial.


Surealisme dan Seni


1. Surealisme dalam Literatur: Automatic Writing

Surrealisme biasanya dikaitkan langsung dengan aliran seni rupa (visual art). Sebagaimana surealisme didefinisikan dalam sebuah kamus,


“Surrealism, n. Pure psychic automatism, by which one proposes to express, either verbally, or in writing, or by any other manner, the real functioning of thought. Dictation of thought in the absence of all control exercised by reason, outside of all aesthetic and moral preoccupation”


Dari definisi di atas kita dapat menemukan beberapa elemen pokokyang ada dalam surealisme, yaitu otomatisme, ketidaksadaran, dan ekspresi. Breton berpandangan bahwa automatic writingadalah jalan utama menuju realitas yang lebih tinggi. Automatic writing memiliki pemahaman yang lebih dari sekedar pemahaman biasa atas suatu hal. Dengan kata lain, keberadaan sebuah tulisan menjadi tulisan yang ‘surrealis’ tak lain karena kata-kata yang dipilih menjadi metafor dan metonimi bagi realitas lain yang ingin diungkap. Metafor dan metonimi menjadi ‘sarana’ yang ambigu untuk menjadikan sesuatu tidak tampil seperti apa yang dikatakan secara umum. Salah satu contoh adalah tulisan Isodore Ducasse (Comte de Lauréamont) di salah satu kalimatnya, “Beautiful as the chance meeting on a dissecting table of a sewing machine and an umbrella”. Dari pernyataan itu kita mungkin langsung membayangkan bagaimana hubungan mesin jahit dan payung, atau ‘pertemuan’ macam apa yang ingin dikatakan. Di sana kita bertemu dengan visualisasi imajinatif personal kita. Walaupun kita mati-matian berusaha menemukan arti harafiah dari susunan kalimatnya, kita tak akan berhasil. Apakah seorang de Lauréamont sedang membahasakan kecantikan? Apakah dia sedang mengimajinasikan intimitas sebuah hubungan, ataukah dia sedang mengisahkan kembali makna kecantikan dengan membongkar ‘elemen-elemen’ yang kira-kira berhubungan, yaitu penampakan (penampilan, pakaian: mesin jahit) dan perlindungan (keamanan, kebersihan: payung).


Beberapa karya lain adalah

Comte de Lautréamont, Chants de Maldoror(1868-1870)

Breton,Nadja; Communicating Vessels, Mad Love

Paul Éluard, “Elephants are contagious”, l’ amour la poésie, capitale de la douleur,

Serge Leclair, A Child is Being Killed.

Breton, Eluard, and René Char, Ralentir travaux

Aragon, Le Paysan de Paris and Traité du style

Péret, Le Grand Jeu


2. Surealisme dalam Seni Rupa dan Patung


Surealisme dalam seni rupa dan patung muncul karena pengaruh dari Dadaisme dan Kubisme. Hasil yang diciptakan adalah murni mengikuti imajinasi lepas pembuatnya. Andre Masson, Alberto Giacometti (1925) dengan Torso, di mana mewakili ekspresi patung di abad pre-klasik. Max Ernst, Joan Miro,

Rene Magritte, painted reality with illusionistic twist, Human Condition

Salvador Dalí, Le Grand Masturbateur (1929), Espectro del Sex-Appeal (1932),

Max Ernst (1891-1976), child’s technique

Pablo Picasso

Joan Miro (1893-1983),


3. Surealisme dalam Film: Teater Absurd dan Film Avant-Garde


Teater absurd adalah salah satu bentuk dari berkembangnya aliran surealisme di Eropa terutama pada periode setelah perang dunia kedua. Teater absurd berawal dari berbagai eksprerimen di bidang seni, terutama film, yang kemudian banyak diistilahkan dengan avant-garde film, sekitar tahun 1920-1930. Pada saat itu pula gempar perang dunia yang banyak menyebabkan hancurnya kesehatan psikologis masyarakat. Banyak orang-orang yang frustrasi dan kecewa, depresi, kehilangan orientasi, dan semacamnya karena kekejaman. Pada masa itu masyarakat mengalami kondisi ‘noogenic neurosis’ (kehilangan makna, merasa kosong, putus asa, dsb). Kondisi ini kemudian oleh kreatifitas berbagai seniman dimunculkan lewat karya-karya seni, seperti musik, puisi, lukisan, patung, dsb. Karya seni pada waktu itu bisa dijadikan sebagai katarsis seseorang sekaligus sebagai media kritik yang baik untuk kelompok tertentu di masa perang.


Teater absurd muncul sebagai reaksi dalam menghadapi kondisi masyakarat yang kian memburuk, dan mengalami dekadensi spiritual. Istilah absurd digunakan karena terinspirasi oleh essay dari Albert Camus, Myth of Sisyphus(1942). Camus mendefinisikan situasi manusia pada dasarnya adalah tidak bermakna (meaningless) dan absurd (tidak nyata). Ketidakbermaknaan dan absurditas yang ditawarkan oleh seorang Camus ternyata membuat beberapa seniman tertarik dan mengembangkan itu. Samuel Beckett berhasil mengembangkan permainan panggung (teater) dan beberapa buah novel dari kondisi kesepian dan kesendiriannya. Waiting for Godot(1953) adalah tulisannya yang dipentaskan di Théâtre de Babylone, dan menyusul kemudian Endgameyang dipentaskan tahun 1957 di Royal Court Theatre London. Franz Kafka, dengan Metamorphosisnya, berhasil mengambil ruang rutinitas manusia yang sebenarnya tanpa makna, absurd. Ia menggambarkan itu dengan seorang manusia yang berubah menjadi seekor kecoa yang ruang geraknya sempit. Eugene Ionesco, Jean Genet, Harold Pinter, Bruno Schulz, dan sebagainya adalah pelopor awal berkembangnya teater dan film-film absurd di Eropa barat.


Ada dua hal yang menyebabkan munculnya teater absurd atau aliran yang sering kita sebut dengan absurditas atau absurdisme, yaitu (1) kekosongan atau depresi karena PD II, (2) merasa sisi mistis sudah tidak berperan atau terbengkalai di balik rasionalisasi perang dan senjata. Mistisisme dan kondisi rohani kurang berperan, dan mereka rindu untuk kembali.

teater absurd, di negara barat dan timur sekitar tahun 1940-1950. Di barat teater absurd terinspirasi oleh Myth of Sysiphus, Camus, dan PD II. Di timur, after the death of stalin … dadaist movement, Luis Buñnuel, Los Olvidaros (1950)

And Dali, Un Chien Andalou (1929), gabungan dari dua mimpi, mimpi Dali dan mimpi Bunnuel. , L’Age d’Or (1930)

Fetish.

Beberapa waktu kemudian, para surealis dapat dikelompokkan menjadi dua bagian besar, the automatists yang lebih mengandalkan kesadaran, seperti Pablo Picasso (1881-1974), dan veristic surrealist, yang mengandalkan subconcious, di antara kesadaran dan ketidaksadaran; Salvador Dalí (1904-1989).


4. Surealisme dalam Musik


Andre Souris, Edgard Varèse, Pierre Boulez

(perbandingan nada ketiganya, sumbangan dan karakterisasi sureal).

Jazz and blues dominan, setelah itu diikutu reggae, rap dan beberapa rock.

The music of silence: musik kesunyian


Surealisme dan Psikoanalisis

Surealisme pada awalnya digunakan sebagai katarsis. Gejala ini dapat dijelaskan melalui metode yang tampil pertama kali, yaitu automatisme. Metode ini hampir sama dengan apa yang dilakukan Freud dalam asosiasi bebasnya. Melalui kata-kata orang diajak untuk mengenali apa yang tersembunyi, apa yang direpresi. Dalam automatisme, seseorang dapat dengan bebas menyatakan apa yang ingin dinyatakan, sehingga ini mau tidak mau akan terus berelasi dengan apa yang disebut oleh Lacan, obyek (a), objet petit a.

Keterkaitan ini juga merupakan salah satu akibat perjumpaan antara Lacan dan Breton (, dan juga Dali (1930) membuat mereka ‘terhipnotis’ dengan cara kerja terapi psikoanalisis, terutama berhubungan dengan ketidaksadaran dan asosiasi bebas (termasuk mimpi). automatism, desire, unconcious, mimpi, free association, Lacan, Freud, kondensasi, displacement, substitusi, terapi, histeria, paranoiac critical method, the Real, the Imajinary, the Symbolic, Breton, primary narcissistic representation, plastic representation, object

Represi. sebuah karya seni besar harus muncul karena kegelisahan. Kegelisahan karena kekosongan intelektual. Pada masa PD II, banyak orang yang merasa ditekan, disiksa dan dipaksa untuk melakukan sesuatu yang sama dengan menghancurkan dirinya sendiri. keadaan ini menghasilkan dampak psikologis yang luar biasa. Traumatik, neurosis dan paranoia selalu mengancam kondisi kejiwaan seseorang. Beberapa dari mereka berhasil mengatasi ‘kegilaan’nya dengan menulis, melukis atau melakukan pekerjaan apa saja yang bisa membuat dirinya sanggup mengungkap sejarah kelamnya. Anne Frank ( ) menulis catatan hariannya selama masa persembunyian (pelarian, usaha penyelamatan dirinya) dari penangkapan NAZI.



Stanislaus Yangni


[i]Surrealism, ..

[ii]document of dada and surrealism

[iii]document of dada and surrealism

[iv]surrealist movement

bottom of page